Thursday, November 19, 2009

Cybercrime Oh No!!!!

Cybercrime Oh No!!!!

Cybercrime sekarang ini memang bukan menjadi hal yang tabu lagi. Kriminalitas lewat dunia internet memang telah menjadi trend untuk mendapatkan uang yang melimpah dengan cara yang "tidak halal".
Para hacker yang ingin mendapat "kebahagiaan" itu biasanya menyadap data yang dimiliki oleh para pengguna internet. Beberapa jenis kejahatan Dunia maya yang sering marak terjadi adalah sebagai berikut :
A. Kejahatan Kartu Kredit
B. Kejahatan Penyadapan Data
C. Kejahatan Pencurian Data
D. Kejahatan Pembobolan ATM
E. Kejahatan Manipulasi Data.
F. Dan masih banyak lagi.
Sebagai manusia yang tidak selalu benar dalam melakukan sesuatu, kita hendaknya berhati-hati dalam melakukan segala hal apapun. Seperti halnya bermain di dunia maya, situs-situs jejaring sosial yang sering digunakan merupakan salah satu sasaran empuk para pelaku kejahatan dunia maya. Dalam mengisi biodata dan mengisi berbagai data yang lainnya biasanya banyak orang yang mengisi dengan "sepenuh hati" atau dengan kata lain mengisi dengan selengkap-lengkapnya, padahal kita ketahui bahwa dalam situs facebook atau friendster orang lain yang bukan teman kita dapat melihat dengan mudah profil yang kita buat. Dengan berbekal biodata diri seseorang, para pelaku kejahatan dapat dengan mudah melacak dan mengobrak-abrik semua hal yang bersangkutan dengan diri orang tersebut. Mulai dari membuat "status palsu" sampai membobol kartu kredit seseorang.
sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mencegah dan menanggulangi jika terjadi cybercrime pada diri kita????
1. kalo gak punya komputer pribadi jangan sok-sokan transaksi online. hal ini biasanya banyak dilakukan bagi mereka yang suka gengsi bila melakukan transaksi secara manual. orang yang gengsi tersebut biasanya menggunakan jasa WARNET untuk melakukan transaksi online, padahal telah kita ketahui bahwa warnet merupakan komputer umum untuk digunakan banyak orang secara bergantian dan secara statis data-data yang dimasukkan oleh pengguna tersimpan di memori dan sewaktu-waktu bisa dilihat oleh orang lain.
2.

xirka vs WiMax

xirka vs WiMax

Sebenarnya apa yang membedakan kedua teknologi ini?? tentunya kedua teknologi paling anyar ini berkembang untuk memudahkan akses wireless yang sudah ada sebelumnya.
Xirka adalah sebuah prosesor berchipsetkan berjenis WiMax ini diproduksi oleh PT.Dama Persada yang berada di Bandung Jabar. yang lebih membanggakan lagi adalah chip ini buatan Indonesia lho buatan anak bangsa. Pada saat WiMax belum dipasarkan secara masal, xirka buatan Indonesia telah terbit dulu dan ternyata perekayasanyapun dari ahli Chip  ITB Bandung.
Adalah ahli rekayasa IC : Intergrated Chips yang juga dosen STIE-ITB yakni; Trio Adiono PhD, bekerjasama dengan alumni Ilmu Komputer lulusan Jepang : Eko Fajar Nurprasetyo PhD yang untuk pertama kalinya berhasil merekayasa chipsets “Xirka” dengan produksi yang dilaksanakan perusahaan Xirka Management yang berlokasi di Batam. “Xirka” ini mengunggulkan muatan chipsets WiMax yang memenuhi standard IEEE 802.16e-2005 dengan transfer data teknologi 4G. Dalam prakteknya chipsets “Xirka” dapat disematkan dalam perangkat USB untuk mobile broadband wireless access ataupun komponen chipsets untuk akses jaringan jenis WiMax : “Worldwide interoperability for microwave access” yang dalam perencanaan jaringan TIK Nasional akan segera digelar di tanah air.
Dalam ajang kompetitif Asia-Pasifik “Xirka” berhasil meraih penghargaan APICTA : Asia Pacific Information Communication Technology Award Desember 2008 yl dengan menyisihkan partisipan industri global terkemuka dari berbagai negara.

Dengan keunggulan spesifikasinya maka WiMAX dalam pandangan kalangan Pengamat IT global dapat menjadi salah satu pilihan sistem jaringan komunikasi masa depan : “Next Generation Networks” yang sungguh menjanjikan dan dapat menjadi saingan berat untuk operasional layanan jaringan seluler GSM jenis akses data kecepatan tinggi HSDPA 3.5G ataupun CDMA-EVDO masa kini berkapasitas layanan transfer data hingga : 3.1 Mbps.

Atas keberhasilan produksi prosesor “Xirka” ini kini membuat Indonesia termasuk menjadi salah satu negara baru masuk dalam “Klub Negeri Produsen chipsets WiMax” yang hinga kini secara eksklusif hanya terdiri atas deretan Negara Industri Maju : AS, Perancis, Canada, Korea dan Jepang. Jaringan WiMax sendiri sejauh ini diseluruh dunia baru digelar di Negara AS dan Korea yang pertama kali mendemontrasikan jaringan WiMax dalam menyambut ajang konferensi OPEC 2002 di Seoul {perkembangan kemudian WiMax disebut juga dengan istilah WiBro}.
Telah menjadi rahasia umum dalam dunia riset di tanah air bahwa pada masa sebelumnya setiap kali Perekaya TIK Indonesia berhasil atau bereksperimen membuat chipsets aplikasi komputer versi lab, maka setiap kali pula dengan terpaksa harus menyerahkan rancangan untuk dicetak di lab komputasi produksi integrated chips luar negeri; yakni biasanya di negara tetangga Singapore.

Ilmuwan berkeahlian Teknik Elektro dari kampus ITB telah melahirkan sejumlah tokoh yang harum namanya dalam pengembangan TIK di tanah air a.l: Prof. Samaun Samadikun sebagai sosok yang pada tahun 1960-an merintis pengembangan konsepsi “BHTV : Bandung Hi-Tech Valley” ---kawasan sentra industri IT/Teknologi yang berpusat di kota Bandung yang meniru konsepsi industri Silicon Valley di California - AS---
ataupun Prof. Dr Iskandar Alisjahbana guru besar ITB yang disebut sosok tokoh yang merumuskan penerapan Teknologi Satelit yang amat vital sebagai tulang punggung jaringan yang menjamin terjalinnya komunikasi telepon dari ujung Barat hingga ke Timur di setiap pelosok desa terpencil di Nusantara hingga pantas jika ia ---bekerja sama dalam bisnis telekomunikasi telepon satelit dengan alumni Universitas Caltech - AS : Adi Rahman Adiwoso--- dijuluki “Bapak Komunikasi Satelit Nasional”.

Dan kini tidaklah berlebihan apabila sejumlah kalangan Pengamat IT Nasional dengan penuh rasa berbangga hati ada yang telah bersiap menyematkan gelar menokohkan pasangan Trio Adiono, PhD. dan Eko Fajar Nurprasetyo, PhD. sebagai “Bapak Chipset Indonesia” masa kini.

source : http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=1&ch=berita&id=784 
Enkripsi Untuk Keamanan Jaringan Komputer

Enkripsi Untuk Keamanan Jaringan Komputer

Salah satu hal yang penting dalam komunikasi menggunakan computer untuk menjamin kerahasian data adalah enkripsi. Enkripsi dalah sebuah proses yang melakukan perubahan sebuah kode dari yang bisa dimengerti menjadi sebuah kode yang tidak bisa dimengerti (tidak terbaca). Enkripsi dapat diartikan sebagai kode atau chiper. Sebuah sistem pengkodean menggunakan suatu table atau kamus yang telah didefinisikan untuk mengganti kata dari informasi atau yang merupakan bagian dari informasi yang dikirim. Sebuah chiper menggunakan suatu algoritma yang dapat mengkodekan semua aliran data (stream) bit dari sebuah pesan menjadi cryptogram yang tidak dimengerti (unitelligible). Karena teknik cipher merupakan suatu sistem yang telah siap untuk di automasi, maka teknik ini digunakan dalam sistem keamanan komputer dan network.
Pada bagian selanjutnya kita akan membahas berbagai macam teknik enkripsi yang biasa digunakan dalam sistem sekuriti dari sistem komputer dan network.

A. Enkripsi Konvensional.
Proses enkripsi ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Plain teks -> Algoritma Enkripsi -> Cipher teks ->Algoritma Dekrispsi -> Plain teks

User A | | User B

|———————-Kunci (Key) ——————–|

Gambar 1
Informasi asal yang dapat di mengerti di simbolkan oleh Plain teks, yang kemudian oleh algoritma Enkripsi diterjemahkan menjadi informasi yang tidak dapat untuk dimengerti yang disimbolkan dengan cipher teks. Proses enkripsi terdiri dari dua yaitu algoritma dan kunci. Kunci biasanya merupakan suatu string bit yang pendek yang mengontrol algoritma. Algoritma enkripsi akan menghasilkan hasil yang berbeda tergantung pada kunci yang digunakan. Mengubah kunci dari enkripsi akan mengubah output dari algortima enkripsi.
Sekali cipher teks telah dihasilkan, kemudian ditransmisikan. Pada bagian penerima selanjutnya cipher teks yang diterima diubah kembali ke plain teks dengan algoritma dan dan kunci yang sama.
Keamanan dari enkripsi konvensional bergantung pada beberapa faktor. Pertama algoritma enkripsi harus cukup kuat sehingga menjadikan sangat sulit untuk mendekripsi cipher teks dengan dasar cipher teks tersebut. Lebih jauh dari itu keamanan dari algoritma enkripsi konvensional bergantung pada kerahasian dari kuncinya bukan algoritmanya. Yaitu dengan asumsi bahwa adalah sangat tidak praktis untuk mendekripsikan informasi dengan dasar cipher teks dan pengetahuan tentang algoritma diskripsi / enkripsi. Atau dengan kata lain, kita tidak perlu menjaga kerahasiaan dari algoritma tetapi cukup dengan kerahasiaan kuncinya.
Manfaat dari konvensional enkripsi algoritma adalah kemudahan dalam penggunaan secara luas. Dengan kenyataan bahwa algoritma ini tidak perlu dijaga kerahasiaannya dengan maksud bahwa pembuat dapat dan mampu membuat suatu implementasi dalam bentuk chip dengan harga yang murah. Chips ini dapat tersedia secara luas dan disediakan pula untuk beberapa jenis produk. Dengan penggunaan dari enkripsi konvensional, prinsip keamanan adalah menjadi menjaga keamanan dari kunci.
Model enkripsi yang digunakan secara luas adalah model yang didasarkan pada data encrytion standard (DES), yang diambil oleh Biro standart nasional US pada tahun 1977. Untuk DES data di enkripsi dalam 64 bit block dengan menggunakan 56 bit kunci. Dengan menggunakan kunci ini, 64 data input diubah dengan suatu urutan dari metode menjadi 64 bit output. Proses yang yang sama dengan kunci yang sama digunakan untuk mengubah kembali enkripsi.
B. Enkripsi Public-Key
Salah satu yang menjadi kesulitan utama dari enkripsi konvensional adalah perlunya untuk mendistribusikan kunci yang digunakan dalam keadaan aman. Sebuah cara yang tepat telah diketemukan untuk mengatasi kelemahan ini dengan suatu model enkripsi yang secara mengejutkan tidak memerlukan sebuah kunci untuk didistribusikan. Metode ini dikenal dengan nama enkripsi public-key dan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1976.
Plain teks -> Algoritma Enkripsi -> Cipher teks -> Algoritma Dekrispsi -> Plain teks

User A | | User B

Private Key B —-|

|———————-Kunci (Key) ——————–|

Gambar 2
Algoritma tersebut seperti yang digambarkan pada gambar diatas. Untuk enkripsi konvensional, kunci yang digunakan pada prosen enkripsi dan dekripsi adalah sama. Tetapi ini bukanlah kondisi sesungguhnya yang diperlukan. Namun adalah dimungkinkan untuk membangun suatu algoritma yang menggunakan satu kunci untuk enkripsi dan pasangannya, kunci yang berbeda, untuk dekripsi. Lebih jauh lagi adalah mungkin untuk menciptakan suatu algoritma yang mana pengetahuan tentang algoritma enkripsi ditambah kunci enkripsi tidak cukup untuk menentukan kunci dekrispi. Sehingga teknik berikut ini akan dapat dilakukan :

Masing - masing dari sistem dalam network akan menciptakan sepasang kunci yang digunakan untuk enkripsi dan dekripsi dari informasi yang diterima.
Masing - masing dari sistem akan menerbitkan kunci enkripsinya ( public key ) dengan memasang dalam register umum atau file, sedang pasangannya tetap dijaga sebagai kunci pribadi ( private key ).
Jika A ingin mengisim pesan kepada B, maka A akan mengenkripsi pesannya dengan kunci publik dari B.
Ketika B menerima pesan dari A maka B akan menggunakan kunci privatenya untuk mendeskripsi pesan dari A.

Seperti yang kita lihat, public-key memecahkan masalah pendistribusian karena tidak diperlukan suatu kunci untuk didistribusikan. Semua partisipan mempunyai akses ke kunci publik ( public key ) dan kunci pribadi dihasilkan secara lokal oleh setiap partisipan sehingga tidak perlu untuk didistribusikan. Selama sistem mengontrol masing - masing private key dengan baik maka komunikasi menjadi komunikasi yang aman. Setiap sistem mengubah private key pasangannya public key akan menggantikan public key yang lama. Yang menjadi kelemahan dari metode enkripsi publik key adalah jika dibandingkan dengan metode enkripsi konvensional algoritma enkripsi ini mempunyai algoritma yang lebih komplek. Sehingga untuk perbandingan ukuran dan harga dari hardware, metode publik key akan menghasilkan performance yang lebih rendah. Tabel berikut ini akan memperlihatkan berbagai aspek penting dari enkripsi konvensional dan public key.
Enkripsi Konvensional

Yang dibutuhkan untuk bekerja :

Algoritma yang sama dengan kunci yang sama dapat digunakan untuk proses dekripsi - enkripsi.
Pengirim dan penerima harus membagi algoritma dan kunci yang sama.

Yang dibutuhkan untuk keamanan :

Kunci harus dirahasiakan.
Adalah tidak mungkin atau sangat tidak praktis untuk menerjemahkan informasi yang telah dienkripsi.
Pengetahuan tentang algoritma dan sample dari kata yang terenkripsi tidak mencukupi untu menentukan kunc.

Enkripsi Public Key

Yang dibutuhkan untuk bekerja :

Algoritma yang digunakan untuk enkripsi dan dekripsi dengan sepasang kunci, satu untuk enkripsi satu untuk dekripsi.
Pengirim dan penerima harus mempunyai sepasang kunci yang cocok.

Yang dibutuhkan untuk keamanan :

Salah satu dari kunci harus dirahasiakan.
Adalah tidak mungkin atau sangat tidak praktis untuk menerjemahkan informasi yang telah dienkripsi.
Pengetahuan tentang algoritma dan sample dari kata yang terenkripsi tidak mencukupi untu menentukan kunci.

Penulis: Muhammad Mursodo

Artikel Enkripsi Untuk Keamanan Data Pada Jaringan ini dipersembahkan oleh Klik-Kanan.com. Kunjungi Klik-Kanan.com untuk informasi seputar komputer dan internet.